PERAN
BAHAN ORGANIK TERHADAP KESUBURAN TANAH
I. PENDAHULUAN
Kandungan bahan organik tanah pada
sebagian besar lahan pertanian di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir telah
mencapai tingkat rendah bahkan sangat
rendah. Sebagian besar lahan-lahan tersebut, baik lahan sawah maupun
lahan kering mempunyai kandungan bahan organik yang rendah. Terabaikannya
pengembalian bahan organik kedalam tanah dan intensifnya penggunaan pupuk kimia
pada lahan pertanian telah menyebabkan mutu fisik dan kimia tanah menurun atau
sering disebut kelelahan lahan. Kondisi tanah yang demikian menyebabkan biota
tanah yang berpengaruh terhadap fiksasi nitrogen dan kelarutan fosfat menurun,
miskin hara mikro, perlindungan terhadap penyakit rendah, boros terhadap
penggunaan pupuk dan air, serta tanaman peka terhadap kekeringan.
Produktivitas tanah dan keberlanjutan
produksi pertanian baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan ditentukan
oleh kecukupan kandungan bahan organik tanah. Bahan organik tanah merupakan
komponen penting penentu kesuburan tanah, terutama di daerah tropika seperti di
Indonesia dengan suhu udara dan curah hujan yang tinggi. Kandungan bahan
organik yang rendah menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan
terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi, yang pada kondisi ekstrim
mengakibatkan terjadinya desertitifikasi.
Rendahnya kandungan bahan organik tanah
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara peran bahan dan hilangnya bahan
organik dari tanah utamanya melalui proses oksidasi biologis dalam tanah. Erosi
tanah lapisan atas yang kaya akan bahan organik juga berperan dalam
berkurangnya kandungan bahan organik tanah tersebut. Bahan organik tanah
merupakan cadangan bahan organik yang dinamis, sehingga perubahan bersih dalam cadangan tersebut lebih informatif dari
pada jumlah mutlaknya.
Pada umumnya residu tanaman merupakan
sumber bahan organik yang potensial. Namun tingginya rasio C/N bahan organik
tersebut merupakan kendala utama akibatnya proses dekomposisi secara alami akan
berjalan lebih lama. Pengomposan residu tanaman mesti dilakukan untuk
menghindari pengaruh negatifnya terhadap tanaman, akibat dari rasio C/N bahan
yang cukup tinggi, disamping untuk mengurangi volume bahan agar memudahkan
dalam aplikasi serta menghindari terjadinya pencemaran lingkungan. Laju
pengomposan tergantung pada ukuran partikel, kekuatan struktur bahan, aerasi,
komposisi bahan, ketersediaan mikro organism (dekomposer), kelembaban,
pengadukan dan volume tumpukan . Makin tinggi nisbah C/N bahan baku, makin lama
laju pengomposannya Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian mikroorganisme (dekomposer).
Sistem
pertanian bisa menjadi sustainable jika kandungan bahan organik tanah
lebih dari 2 %. Sering kurang disadari oleh petani, bahwa walaupun peran bahan
organik terhadap suplai hara bagi tanaman kurang, namun peran bahan organik
yang paling besar dan penting adalah kaitannya dengan kesuburan fisik tanah.
Apabila tanah kandungan humusnya semakin berkurang, maka lambat laun tanah akan
menjadi keras, kompak dan bergumpal,sehingga menjadi kurang produktif.
Menyadari
dampak negatif pada tanah dari pertanian yang boros energi tersebut, maka
berkembanglah pada akhir-akhir ini konsep pertanian organik, yang salah satu
langkah untuk pemeliharaan kesuburan tanahnya, adalah dengan penggunaan kembali
bahan organik. Walaupun penggunaan bahan organik sudah bukan bahan yang baru
lagi, namun mengingat betapa pentingnya bahan organik dalam menunjang
produktivitas tanaman dan sekaligus mempertahankan kondisi lahan yang produktif
dan berkelanjutan, maka pembahasan terhadap bahan organik tidak henti-hentinya
untuk dikaji.
II.
POKOK
BAHASAN
Bahan organik merupakan limbah
tumbuhan, hewan, dan manusia. Limbah tumbuhan yang ada di lapangan adalah
jerami padi, sisa tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, sayuran, gulma, kakao,
dan kelapa sawit, tanaman peneduh seperti gamal, lamtoro, dan kaliandra. Limbah
hewan berupa ternak kotoran sapi, ayam, kambing, kerbau, dan kuda. Bahan
organik tanah merupakan sisa jaringan tanaman dan hewan yang telah mengalami
dekomposisi, baik sebagian maupun seluruhnya, biomasa mikroorganisme, bahan
organik tanah terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik di samping berpengaruh
terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya terhadap sifat fisik,
biologi dan kimia tanah lainnya. Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan
kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang baik apabila dapat
menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas
tanah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik. Peran bahan organik
yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi,
porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.
Bahan organik berperan penting dalam
menentukan kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Peran bahan
organik adalah meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan kemampuan tanah memegang air, meningkatkan pori-pori tanah, dan
memperbaiki media perkembangan mikroba tanah. Tanah berkadar bahan organik
rendah berarti kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman rendah.
Hasil dekomposisi bahan organik
berupa hara makro (N, P, dan K), makro sekunder (Ca, Mg, dan S) serta hara mikro
yang dapat meningkatkan kesuburan tanaman. Hasil dekomposisi juga dapat berupa
asam organik yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Dalam
jangka panjang pemberian bahan organik dapat meningkatkan pH tanah, hara P, KTK
tanah dan hasil tanaman, serta dapat menurunkan kadar Al, Fe, dan Mn.
Bahan organik yang tersedia di
lapang dapat digunakan secara langsung di lapangan atau dibuat kompos terlebih
dahulu. Bahan organik sisa hasil panen seluruhnya dapat dikembalikan sebagai
bahan organik. Pengembalian jerami 5 t/ha setiap musim tanam, setelah musim
kedua dan seterusnya dapat menggantikan semua pupuk KCl. Pemberian kompos 5
t/ha meningkatkan kandungan air tanah pada tanah subur.
Bahan organik sisa hasil panen yang belum terdekomposisi diberikan
pada saat pengolahan tanah pertama. Diharapkan pada saat tanam sudah
terdekomposisi. Jika diberikan pada saat tanam akan terjadi persaingan hara
antara tanaman dan mikroorganisme perombak, sehingga tanaman kelihatan kuning.
Bahan organik terdekomposisi, seperti kompos dan pupuk kandang dapat diberikan
seminggu sebelum tanam. Jerami padi yang telah melapuk dapat diberikan diantara
tanaman dalam barisan tanaman padi saat fase pembentukan anakan cepat.
A. Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Fisika
Tanah
Bahan organik tanah merupakan salah
satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat
antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan
organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan
organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang
diperlakukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal
kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat
struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah. Komponen
organik seperti asam humat dan asam fulvat dalam hal ini berperan sebagai
sementasi pertikel lempung dengan membentuk komplek lempung-logam-humus
(Stevenson, 1982).
Pada tanah pasiran bahan organik
dapat diharapkan merubah struktur tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk
gumpal, sehingga meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau
meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar. Bahkan bahan
organik dapat mengubah tanah yang semula tidak berstruktur (pejal) dapat
membentuk struktur yang baik atau remah, dengan derajat struktur yang sedang
hingga kuat (Scholes et al., 1994).
Mekanisme pembentukan egregat tanah
oleh adanya peran bahan organik ini dapat digolongan dalam empat bentuk:
1. Penambahan
bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan
actinomycetes. Melalui pengikatan secara fisik butir-bitir primer oleh miselia
jamur dan actinomycetes, maka akan terbentuk agregat walaupun tanpa adanya
fraksi lempung;
2. Pengikatan
secara kimia butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian–bagian positip
dalam butir lempung dengan gugus negatif (karboksil) senyawa organik yang
berantai panjang (polimer);
3. Pengikatan
secara kimia butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian – bagian negative
dalam lempung dengan gugusan negatif (karboksil) senyawa organik berantai
panjang dengan perantaraan basa-basa Ca, Mg, Fe dan ikatan hidrogen;
4. Pengikatan
secara kimia butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian-bagian negative
dalam lempung dengan gugus positif (gugus amina, amida, dan amino) senyawa
organik berantai panjang (polimer).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat lebih
bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di regosol, yang ditunjukkan oleh
meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo, 1999).
Kandungan bahan organik yang cukup
di dalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan
tidak terlalu ringan dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah,
penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada
lengas yang rendah. Di samping itu, penambahan bahan organik akan memperluas
kisaran kadar lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa
banyak mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat.
Pada tanah yang bertekstur halus
(lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi,
sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan bahan organik dapat
meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi retak-retak yang
berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan organik kemudahan
retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat, tidak
liat,pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering, dengan tambahan
bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga
mudah diolah.
Pengaruh bahan organik terhadap
sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap peningkatan porositas tanah.
Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi
bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air. Pori pori tanah dapat
dibedakan menjadi pori mikro, pori meso dan pori makro. Pori-pori mikro sering
dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal sebagai pori drainase lambat,
dan pori makro merupakan pori drainase cepat.
Tanah pasir yang banyak mengandung
pori makro sulit menahan air, sedang tanah lempung yang banyak mengandung pori
mikro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara
dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik.
Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori
yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan
meningkatkan kemampuan menahan air.
Pada tanah halus lempungan, pemberian bahan
organik akan meningkatkan pori meso dan menurunkan pori mikro. Dengan demikian
akan meningkatkan pori yang dapat terisi udara dan menurunkan pori yang terisi
air, artinya akan terjadi perbaikan aerasi untuk tanah lempung berat. Terbukti
penambahan bahan organik akan meningkatkan pori total tanah dan akan menurunkan
berat volume tanah. Aerasi tanah sering terkait dengan pernafasan
mikroorganisme dalam tanah dan akar tanaman, karena aerasi terkait dengan O2
dalam tanah. Dengan demikian aerasi tanah akan mempengaruhi populasi mikrobia
dalam tanah.
Pengaruh bahan organik terhadap
peningkatan porositas tanah di samping berkaitan dengan aerasi tanah, juga
berkaitan dengan status kadar air dalam tanah. Penambahan bahan organik akan
meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah
untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan
kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang . Penambahan bahan
organik di tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang,
akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah dan menurunnya pori
makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan
ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman. Pada tanah berlempung dengan
penambahan bahan organik akan meningkatkan infiltrasi tanah akibat dari
meningkatnya pori meso tanah dan menurunnya pori mikro.
Peran bahan organik yang lain, yang mempunyai arti praktis
penting terutama pada lahan kering berlereng, adalah dampaknya terhadap
penurunan laju erosi tanah. Hal ini dapat terjadi karena akibat dari perbaikan
struktur tanah yaitu dengan semakin mantapnya agregat tanah, sehingga
menyebabkan ketahanan tanah terhadap pukulan air hujan meningkat. Di samping
itu, dengan meningkatnya kapasitas infiltrasi air akan berdampak pada aliran
permukaan dapat diperkecil. sehingga erosi dapat berkurang.
B. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia
Tanah
Pengaruh bahan organik terhadap
kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation,
kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan
tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negative sehingga akan
meningkatkan kapasitas pertukaran kation. Bahan organik memberikan konstribusi
yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20 – 70 % kapasitas pertukaran tanah
pada umumnya bersumber pada koloid humus, sehingga terdapat korelasi antara
bahan organik dengan KPK tanah.
Kapasitas pertukaran kation menunjukkan
kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation
tersebut termasuk kation hara tanaman. Kapasitas pertukaran kation penting
untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah sebagai hasil proses dekomposisi bahan
organik merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga humus dianggap
mempunyai susunan koloid seperti lempung, namun humus tidak semantap koloid
lempung, dia bersifat dinamik, mudah dihancurkan dan dibentuk. Sumber utama
muatan negatif humus sebagian besar berasal dari gugus karboksil dan fenolik.
Muatan koloid humus bersifat
berubah-ubah tergantung dari nilai pH larutan tanah. Dalam suasana sangat masam, hidrogen akan
terikat kuat pada gugus aktifnya yang menyebabkan gugus aktif berubah menjadi
bermuatan positip, sehingga koloid koloid yang bermuatan negatif menjadi
rendah, akibatnya KPK turun. Sebaliknya dalam suasana alkali larutan tanah
banyak OH-, akibatnya terjadi pelepasan H+ dari gugus
organik dan terjadi peningkatan muatan negative, sehingga KPK meningkat.
Fraksi organik dalam tanah
berpotensi dapat berperan untuk menurunkan kandungan pestisida secara
nonbiologis, yaitu dengan cara mengadsorbsi pestisida dalam tanah. Tiga faktor
yang menentukan adsorbsi pestisida dengan bahan organik :
1. karakteristik
fisika-kimia adsorbenya (koloid humus),
2. sifat
pestisidanya, dan
3. Sifat
tanahnya, yang meliputi kandungan bahan organik, kandungan dan jenis
lempungnya, pH, kandungan kation tertukarnya, lengas, dan temperatur tanahnya.
Pengaruh penambahan bahan organik
terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat
kematangan bahan organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan
bahan organik yang belum masak atau bahan organik yang masih mengalami proses
dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses
dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH
tanah. Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al
tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-asam
organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek, sehingga
Al- tidak terhidrolisis lagi. Penambahan bahan organik pada tanah
masam, antara lain inseptisol, ultisol dan andisol mampu meningkatkan pH tanah
dan mampu menurunkan Al tertukar tanah (Suntoro, 2001; Cahyani., 1996; dan
Dewi, 1996). Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang
kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut, karena bahan organik yang telah
termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa.
Peran bahan organik terhadap
ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang
merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses
mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap dalam
jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang
relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan tanaman. Bahan organik
sumber nitrogen pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam-asam amino
yang dikenal dengan proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar
mikrobia heterotrofik mengurai menjadi amonium yang dikenal sebagai proses
amonifikasi.
Pengaruh bahan organik terhadap
ketersediaan P dapat secara langsung melalui proses mineralisasi atau secara
tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi. Stevenson (1982)
menjelaskan ketersediaan P di dalam tanah dapat ditingkatkan dengan penambahan
bahan organik melalui 5 aksi seperti tersebut di bawah ini:
1. Melalui
proses mineralisasi bahan organik terjadi pelepasan P mineral (PO4 3-);
2. Melalui
aksi dari asam organik atau senyawa pengkelat yang lain hasil dekomposisi,
terjadi pelepasan fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe yang tidak larut
menjadi bentuk terlarut, Al (Fe)(H2O)3 (OH)2 H2
PO4 + Khelat ===> PO4 2- (larut) + Kompleks
AL-Fe- Khelat (Stevenson, 1982).
3. Bahan
organik akan mengurangi jerapan fosfat karena asam humat dan asam fulvat
berfungsi melindungi sesquioksida dengan memblokir situs pertukaran;
4. Penambahan
bahan organik mampu mengaktifkan proses penguraian bahan organik asli tanah;
5. Membentuk
kompleks fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang dapat ditukar dan lebih tersedia
bagi tanaman, sebab fosfat yang dijerap pada bahan organik secara lemah.
Untuk tanah-tanah berkapur yang
banyak mengandung Ca dan M fosfat tinggi, karena dengan terbentuk asam karbonat
akibat dari pelepasan CO2 dalam proses dekomposisi bahan organik,
mengakibatkan kelarutan P menjadi lebih meningkat, dengan reaksi sebagai
berikut :
CO2 + H2O ====== > H2CO3
H2CO3 + Ca3(PO4)2
====== > CaCO3 + H2PO4–
Asam-asam organik hasil proses dekomposisi bahan organik
juga dapat berperan sebagai bahan pelarut batuan fosfat, sehingga fosfat
terlepas dan tersedia bagi tanaman.
Hasil proses penguraian dan
mineralisasi bahan organik, di samping akan melepaskan fosfor anorganik (PO4
3-) juga akan melepaskan senyawa-senyawa P-organik seperti fitine
dan asam nucleic, dan diduga senyawa P-organik ini, tanaman dapat
memanfaatkannya. Proses mineralisasi bahan organik akan berlangsung jika
kandungan P bahan organik tinggi, yang sering dinyatakan dalam nisbah C/P. Jika
kandungan P bahan tinggi, atau nisbah C/P rendah kurang dari 200, akan terjadi
mineralisasi atau pelepasan P ke dalam tanah, namun jika nisbah C/P tinggi
lebih dari 300 justru akan terjadi imobilisasi P atau kehilangan P (Stevenson,
1982).
Bahan organik di samping berperan terhadap ketersediaan N
dan P, juga berperan terhadap ketersediaan S dalam tanah. Mineralisasi bahan
organik akan menghasilkan sulfida yang berasal dari senyawa protein tanaman. Di
dalam tanaman, senyawa sestein dan metionin merupakan asam amino penting yang
mengandung sulfur penyusun protein. Protein tanaman mudah sekali dirombak oleh
jasad mikro. Belerang hasil mineralisasi
bahan organik, bersama dengan N, sebagian S diubah menjadi mantap selama
pembentukan humus. Di dalam bentuk mantap ini, S akan dapat terlindung dari
pembebasan cepat. Seperti halnya pada N dan P, proses mineralisasi atau
imobilisasi S ditentukan oleh nisbah C/S bahan organiknya. Jika nisbah C/S
bahan tanaman rendah yaitu kurang dari 200, maka akan terjadi mineralisasi atau
pelepasan S ke dalam tanah, sedang jika nisbah C/S bahan tinggi yaitu lebih
dari 400, maka justru akan terjadi imobilisasi atau kehilangan S (Stevenson,
1982).
C. Peranan Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah
Bahan organik merupakan sumber
energi bagi makro dan mikro organisme tanah. Penambahan bahan organik dalam
tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah
meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan
mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam
dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping
mikroorganisme tanah, organisme tanah juga berperan dalam dekomposi bahan
organik antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematoda, collembola, dan
cacing tanah. Organisme tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan
mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan struktur tanah. Mikro organisme tanah ini saling berinteraksi
dengan kebutuhannya akan bahan organik, kerena bahan organik menyediakan energi
untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai sumber energi.
Pengaruh
positip yang lain dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada
pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap
aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang
tumbuh, dan vitamin. Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari pupuk
kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia
dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul
rendah, terutama bikarbonat hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi
rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga
berpengaruh positip terhadap pertumbuhan tanaman.
III. KESIMPULAN
Bahan organik tanah merupakan sisa
jaringan tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi. Peran bahan organik
terhadap kesuburan tanah sangat besar, selain itu juga akan menentukan produktivitas tanah. Peran
bahan organik tidak hanya berperan dalam penyediaan hara tanaman saja, namun
juga penting untuk perbaikan sifat
fisik, biologi dan sifat kimia tanah lainnya seperti terhadap pH tanah,
kapasiatas pertukaran kation dan anion tanah, daya sangga tanah dan netralisasi
unsur meracun.
Berkaitan dengan kesuburan fisika
tanah, bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah,
yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu
menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan
struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat
berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan. Bahan organik berperan dalam
memperbaiki struktur tanah melaui agregasi dan aerasi tanah, memperbaiki
kapasitas menahan air, mempermudah pengolahan tanah dan meningkatkan ketahanan
tanah terhadap erosi.
Pengaruh bahan organik terhadap
kesuburan kimia tanah, Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah
antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion,
pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan
organik akan meningkatkan muatan negative sehingga akan meningkatkan kapasitas
pertukaran kation. Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK
tanah.
Pengaruh
terhadap biologi tanah, bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan
mikro organisme tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan
aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang
berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Bahan
organik berperan meningkatkan aktivitas mikrobia dalam tanah dan dari hasil
aktivitas mikrobia pula akan terlepas berbagai zat pengatur tumbuh dan vitamin
yang akan berdampak positip bagi pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, N.C. 1990. The Nature and Properties of Soil.
Mac Millan Publishing Co., New York.
Dewi, W.S. 1996. Pengaruh Macam Bahan Organik dan Lama
Prainkubasinya Terhadap Status P Tanah Andisol. MS. thesis, UGM,
Yogyakarta.
Handayanto, E. 1999. Komponen biologi tanah sebagai
bioindikator kesehatan dan produktivitas tanah. Universitas Brawijaya.
Malang.
Kim H. Tan. 1992. Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Mertikawati, I., A.D. Suyono, dan S. Djakasutami. 1999. Pengaruh
berbagai pupuk organik terhadap beberapa sifat fisika dan kimia vertisol dan
ultisol serta hasil padi gogo. Konggres Nasional VII. HITI. Bandung.
Power, J.F. and Papendick, R.I. 1997. Sumber-sumber organik
hara. In Tenologi Dan Penggunaan Pupuk, 752-778. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Rusmarkam, A. 2000. Ilmu Kesuburan Tanah, Jurusan
Ilmu Tanah. UGM. Yogyakarta.
Stevenson, F.T. 1982.
Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork.
Sugito, Y. Nuraini, Y. dan Nihayati, E. 1995. Sistem
Pertanian Organik. Faperta Unibraw. Malang.
Suntoro, 2001. Pengaruh Residu Penggunaan Bahan Organik,
Dolomit dan KCl pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae. L.) pada
Oxic Dystrudept di SJumapolo, Karanganyar, Habitat, 12(3) 170-177.
Suntoro.
2009. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengelolaannya. suntoro.staff.uns.ac.id/files/2009/04/pengukuhan-prof-suntoro.pdf.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar